Hikmah Isra Mi’raj: Momentum Peningkatan Ibadah, Keyakinan, dan Sikap Memaafkan

Hikmah Isra Mi’raj: Momentum Peningkatan Ibadah, Keyakinan, dan Sikap Memaafkan

Mataram – Peristiwa Isra Mi’raj merupakan salah satu peristiwa penting dan penuh makna dalam sejarah Islam. Dalam peristiwa ini, Nabi Muhammad SAW menjalani perjalanan spiritual dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, dan kemudian dilanjutkan ke Sidratul Muntaha, tempat beliau bertemu langsung dengan Allah SWT. Pada momen inilah Nabi Muhammad SAW menerima perintah shalat sebanyak 50 kali dalam sehari. Namun, atas saran Nabi Musa AS, Nabi Muhammad SAW memohon keringanan kepada Allah SWT. Hingga akhirnya, Allah memberikan keringanan menjadi lima waktu shalat sehari semalam.

Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Wali Kota Mataram, TGH Mujiburrahman, dalam uraian hikmah peringatan Isra Mi’raj yang berlangsung di Masjid Nurul Hidayah, Lingkungan Karang Mas-Mas, Kelurahan Monjok Barat, pada Rabu malam (15/01/2025).

“Adanya keringanan ini menunjukkan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Awalnya, shalat diwajibkan 50 kali, namun setelah permohonan Nabi Muhammad SAW, jumlah tersebut dikurangi hingga menjadi lima waktu. Inilah yang menjadi kewajiban utama kita sebagai umat Islam. Shalat di awal waktu adalah yang terbaik, karena kita tidak pernah tahu kapan ajal menjemput. Banyak kejadian mendadak seperti kematian tanpa tanda-tanda. Oleh sebab itu, biasakanlah melaksanakan shalat tepat waktu sebagai wujud ketaatan kita kepada Allah SWT”. Tegasnya.

TGM demikian sapaan akrab Wakil Wali Kota Mataram menambahkan, hikmah lain dari peristiwa Isra Mi’raj adalah keyakinan bahwa pertolongan Allah SWT selalu datang kepada hamba-Nya yang berikhtiar dan bertakwa. Wakil Wali Kota Mataram mengisahkan momen saat Nabi Muhammad SAW bersama sahabatnya, Abu Bakar As-Shiddiq RA, bersembunyi di Gua Tsur untuk menghindari kejaran kaum kafir Quraisy.

“Dalam situasi yang sangat terdesak, Nabi Muhammad SAW tetap tenang karena yakin akan pertolongan Allah SWT. Kemudian Allah SWT menunjukkan kuasa-Nya dengan mengirimkan burung yang bertelur di mulut gua dan laba-laba yang membuat sarang, sehingga kaum Quraisy tidak dapat melihat Nabi dan Abu Bakar yang bersembunyi di dalamnya. Ini adalah bukti bahwa pertolongan Allah tidak selalu membutuhkan benteng yang kuat atau senjata yang hebat, tetapi bisa datang dengan cara yang sederhana”. Jelas TGH Mujiburrahman.

Lebih lanjut TGH Mujiburrahman mengatakan hikmah terakhir adalah pentingnya meneladani sifat sabar yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam menghadapi berbagai rintangan dan perlakuan buruk dari kaumnya, Nabi selalu menunjukkan kesabaran dan kemuliaan akhlak.

“Nabi kita sangat sabar dalam menghadapi berbagai ujian, bahkan ketika beliau mendapatkan tawaran dari malaikat penjaga gunung untuk membinasakan kaum yang menzalimi beliau, Nabi dengan bijaksana menolak. Beliau justru berharap agar mereka mendapatkan hidayah dan keimanan. Ini adalah pelajaran bagi kita untuk selalu bersikap sabar dan memaafkan”. Tutur TGH Mujiburrahman dengan senyum khasnya.

Di akhir penyampaiannya, Wakil Wali Kota Mataram berharap melalui momentum peringatan Isra Mi’raj, seluruh masyarakat dapat semakin meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah SWT, memperkuat keyakinan terhadap pertolongan-Nya dalam setiap aspek kehidupan, serta senantiasa mengedepankan sikap memaafkan tanpa menyimpan dendam kepada sesama.

“Isra Mi’raj bukan sekadar peristiwa sejarah, melainkan pengingat bagi kita semua untuk terus mendekatkan diri kepada Allah SWT, meyakini pertolongan-Allah SWT di setiap ujian, dan menjalani hidup dengan hati yang lapang dan penuh kasih sayang kepada sesama,”. Tutup Wakil Wali Kota Mataram, TGH Mujiburrahman.

Share your love